Apapun
yang bukan miliknya tidak akan bisa diraih dengan tangan. Dan apapun yang
memang miliknya bisa diraih dimana saja
(Syaikh
Muslihuddin Sa’di Ashsirazi)
Sejak
tanggal 21 Oktober 2019, media nasional menurunkan berita yang nyaris seragam:
Kabinet Presiden Jokowi. Siapa menjadi apa. Partai apa dapat berapa. Dan setelah
Rabu, Presiden Jokowi mengumumkan kabinetnya, media nasional masih juga heboh. Kehebohannya
bergeser, mengapa dia menjadi itu.
Whatsapp
group tak kalah, bahkan lebih heboh dari media nasional. Dari mulai hoax sampai
meme lucu dan sinis bermunculan. Dari guyonan yang bikin ngakak
sampai satire. Alhasil kesadaran kita ditarik ke satu titik: Istana Negara.
Pasar
saham dan valas juga ikut was-was, sama seperti was-wasnya orang yang diisukan
akan masuk sebagai menteri. Meskipun respon pasar saham dan valuta asing tidak
heboh, hanya landai. Dibuka dengan penurunan tipis 1.08 poin, kemudian naik 11
poin. Selesai kabinet diumumkan turun 17.50 poin.
Drama
Baju
Menurut
media, siapa yang datang ke istana negara berbaju putih bercelana hitam, hampir
dipastikan si pemakai baju putih itu dipanggil oleh presiden untuk diberitahu
akan menjadi menteri. Karena itu melalui layar kaca kita bisa melihat bagaimana
awak media sibuk mengejar orang berbaju putih yang keluar dan masuk istana negara.
Pada
era presiden Jokowi, baju sering dipakai sebagai alat komunikasi non verbal. Dimulai
dari baju motif kotak-kotak yang dikatakan sebagai simbol kesederhanaan. Baju kotak-kotak
itu dipakai sebagai “baju resmi” Jokowi dan para pendukungnya.
Baju
di era Jokowi, selain membuat bahagia karena akan dilantik sebagai menteri, terkadang
juga menimbulkan luka. Dan bagi pengguna sosial media, baju dengan pesan non
verbalnya kerap menjadi lelucon yang kejam.
Ada
tiga drama baju di istana negara sejak Jokowi menjadi presiden. Pertama, dengan
efek yang tidak terlalu keras, drama baju Christiany Eugenia Paruntu (Tetty
Paruntu). Ia datang ke istana negara 21 Oktober mengenakan baju putih, pada hari
yang sama beberapa orang juga datang ke istana negara mengenakan baju putih. Media
sudah memberitakan Tetty akan jadi menteri. Bisa jadi keluarganya juga sudah mempersiapkan
berbagai hal karena salah seorang angggotanya akan menjadi pejabat penting. Tapi
ternyata, di istana negara Tetty tidak
bertemu sang presiden. Dia tidak menjadi menteri.
Drama
baju kedua, lebih tragis dari Tetty. Bila Tetty pakai baju putih dua hari
sebelum pengumuman menteri kabinet, dan ternyata batal, lain halnya dengan Maruarar
Sirait. 26 Oktober 2014, pagi hari, Maruarar atau biasa dipanggil Ara sudah
datang ke istana negara mengenakan kemeja putih lengan panjang, sama seperti
calon-calon menteri yang saat itu juga sudah berdatangan ke tempat yang sama. Namun
hingga pengumuman kabinet Presiden Jokowi jilid 1 selesai disampaikan, nama Ara
tidak ada dalam daftar.
Terakhir,
drama baju yang paling dramatis terjadi ketika Jokowi sebagai calon presiden
akan mengumumkan calon wakil presiden yang akan mendampinginya. Sehari sebelum
pengumuman, Moh. Mahfud MD sudah mengukur baju di istana negara, sudah
mempersiapkan segala surat-surat yang dibutuhkan untuk pencalonan. Bahkan jam 3
sore Mahfud MD dan tim sudah menuju kawasan Menteng. Ketua-ketua partai koalisi
menggelar rapat di Rumah Makan Plataran, dan Mahfud menunggu di Rumah Makan
Tesate, lokasinya berhadap-hadapan dengan Rumah Makan Plataran. Ratusan awak
media mengerubuti Mahfud, juga belasan politisi duduk mengitari sang tokoh. Banyak
politisi selfie bersama Mahfud, mengumbar senyum lebar. Tidak ada yang menduga,
pukul 5 sore, Mahfud mendapat kabar Ma’ruf Amin yang dipilih sebagai calon
wakil presiden mendampingi Jokowi.
Warna
putih sering menjadi simbol keikhlasan. Termasuk ikhlas untuk menerima kondisi
tak terduga disaat-saat yang semestinya bisa berbahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar