Rabu, 23 Oktober 2019

Noktah Baju Putih



Apapun yang bukan miliknya tidak akan bisa diraih dengan tangan. Dan apapun yang memang miliknya bisa diraih dimana saja
(Syaikh Muslihuddin Sa’di Ashsirazi)

Sejak tanggal 21 Oktober 2019, media nasional menurunkan berita yang nyaris seragam: Kabinet Presiden Jokowi. Siapa menjadi apa. Partai apa dapat berapa. Dan setelah Rabu, Presiden Jokowi mengumumkan kabinetnya, media nasional masih juga heboh. Kehebohannya bergeser, mengapa dia menjadi itu.
Whatsapp group tak kalah, bahkan lebih heboh dari media nasional. Dari mulai hoax sampai meme lucu dan sinis bermunculan. Dari guyonan yang bikin ngakak sampai satire. Alhasil kesadaran kita ditarik ke satu titik: Istana Negara.
Pasar saham dan valas juga ikut was-was, sama seperti was-wasnya orang yang diisukan akan masuk sebagai menteri. Meskipun respon pasar saham dan valuta asing tidak heboh, hanya landai. Dibuka dengan penurunan tipis 1.08 poin, kemudian naik 11 poin. Selesai kabinet diumumkan turun 17.50 poin.

Drama Baju

Menurut media, siapa yang datang ke istana negara berbaju putih bercelana hitam, hampir dipastikan si pemakai baju putih itu dipanggil oleh presiden untuk diberitahu akan menjadi menteri. Karena itu melalui layar kaca kita bisa melihat bagaimana awak media sibuk mengejar orang berbaju putih yang keluar dan masuk istana negara.
Pada era presiden Jokowi, baju sering dipakai sebagai alat komunikasi non verbal. Dimulai dari baju motif kotak-kotak yang dikatakan sebagai simbol kesederhanaan. Baju kotak-kotak itu dipakai sebagai “baju resmi” Jokowi dan para pendukungnya.
Baju di era Jokowi, selain membuat bahagia karena akan dilantik sebagai menteri, terkadang juga menimbulkan luka. Dan bagi pengguna sosial media, baju dengan pesan non verbalnya kerap menjadi lelucon yang kejam.
Ada tiga drama baju di istana negara sejak Jokowi menjadi presiden. Pertama, dengan efek yang tidak terlalu keras, drama baju Christiany Eugenia Paruntu (Tetty Paruntu). Ia datang ke istana negara 21 Oktober mengenakan baju putih, pada hari yang sama beberapa orang juga datang ke istana negara mengenakan baju putih. Media sudah memberitakan Tetty akan jadi menteri. Bisa jadi keluarganya juga sudah mempersiapkan berbagai hal karena salah seorang angggotanya akan menjadi pejabat penting. Tapi ternyata, di istana negara Tetty  tidak bertemu sang presiden. Dia tidak menjadi menteri.
Drama baju kedua, lebih tragis dari Tetty. Bila Tetty pakai baju putih dua hari sebelum pengumuman menteri kabinet, dan ternyata batal, lain halnya dengan Maruarar Sirait. 26 Oktober 2014, pagi hari, Maruarar atau biasa dipanggil Ara sudah datang ke istana negara mengenakan kemeja putih lengan panjang, sama seperti calon-calon menteri yang saat itu juga sudah berdatangan ke tempat yang sama. Namun hingga pengumuman kabinet Presiden Jokowi jilid 1 selesai disampaikan, nama Ara tidak ada dalam daftar.
Terakhir, drama baju yang paling dramatis terjadi ketika Jokowi sebagai calon presiden akan mengumumkan calon wakil presiden yang akan mendampinginya. Sehari sebelum pengumuman, Moh. Mahfud MD sudah mengukur baju di istana negara, sudah mempersiapkan segala surat-surat yang dibutuhkan untuk pencalonan. Bahkan jam 3 sore Mahfud MD dan tim sudah menuju kawasan Menteng. Ketua-ketua partai koalisi menggelar rapat di Rumah Makan Plataran, dan Mahfud menunggu di Rumah Makan Tesate, lokasinya berhadap-hadapan dengan Rumah Makan Plataran. Ratusan awak media mengerubuti Mahfud, juga belasan politisi duduk mengitari sang tokoh. Banyak politisi selfie bersama Mahfud, mengumbar senyum lebar. Tidak ada yang menduga, pukul 5 sore, Mahfud mendapat kabar Ma’ruf Amin yang dipilih sebagai calon wakil presiden mendampingi Jokowi.
Warna putih sering menjadi simbol keikhlasan. Termasuk ikhlas untuk menerima kondisi tak terduga disaat-saat yang semestinya bisa berbahagia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar